2-Doa bersama di PG Tjoekir.
JOMBANG - Aksi massa menentang pergantian direktur utama (dirut) dan direktur keuangan PTPN X merembet ke Jombang. Ratusan pekerja di PG PG Tjoekir dan PG Jombang baru pada Rabu (2/7) kemarin menggelar aksi unjuk rasa di dua lokasi PG masing-masing. Aksi di PG Jombang Baru lebih meriah. Selain setiap peserta mengenakan pita merah yang dipasang di kepala, tangan dan dada, sekitar 300-an pekerja anggota Serikat Pekerja (SP) itu menyiapkan panggung berukuran 2 meter x 2 meter dan seperangkat pengeras suara sebagai media untuk berorasi. Indra Bustomi, ketua SPUK Unit PG Jombang Baru memulai aksi dengan orasi. Indra mengajak angota SPUK untuk menolak pergantian Dirut PTPN X yang dilakukan awal Juni lalu. ''Pergantian dirut terkesan mendadak dan tanpa melalui mekanisme pergantian yang normal. Kami curiga ini merupakan agenda terselubung dari investor,'' kata Indra. Indra juga mengajak massa yang hadir untuk menolak pola kerja sama operasi (KSO) antara PG Ngudirejo Kediri dengan investor PT Kencana Gula Manis (KGM) Surabaya. Pola KSO dinilai merugikan PG. ''Kami di Jombang menggelar aksi sebagai bentuk solidaritas. Sebab, bukan ada kemungkinan pimpinan PTPB X menerapkan KSO di PG di Jombang,'' tutur Indra. Dikatakannya, tuntutan tersebut telah dikirimkan ke DPR RI dan Kementerian BUMN. Namun, hingga kemarin belum mendapat respons. DPR RI kabarnya telah membentuk panitia kerja (panja). ''Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, akan kami gelar aksi yang lebih besar!'' tandasnya. Indra menambahkan, meskipun aksi massal, kegiatan tersebut tidak mengganggu operasional pabrik. Peserta aksi berasal dari empat bagian yang ada. Yakni, Bagian Instalasi Pengolahan, Administrasi Keuangan dan Tanaman. ''Operasional tetap berlangsung,'' ungkapnya. Selain Indra, secara bergantian, pimpinan SPUK dan pimpinan PG menggelar orasi. Aksi damai ini dijaga oleh belasan anggota Dalmas Polres Jombang. Di PG Tjoekir, pekerja menggelar aksi dengan doa bersama. "Seluruh karyawan di bawah Unit kerja PTPN X sepakat menolak KSO dan penggantian Dirut. Karena itu, sekarang kita juga mogok sebagai bentuk penolakan itu," ujar Hari Setiyono, ketua Serikat Pekerja (SP) PG Tjoekir, yang merupakan salah satu unit kerja di bawah PTPN X. "Seluruh karyawan juga sepakat untuk melakukan aksi lebih besar, apabila tuntutan tidak dipenuhi," terangnya.Aksi kemarin digelar selama tiga jam. Mulai pukul 07.00 sampai 10.00. Aksi itu diawali dengan membaca berbagai doa dan salawat. Setelah itu, sejumlah pengurus SP menyampaikan orasi orasi selama beberapa saat. "Sebanyak 600 karyawan terlibat dalam aksi ini," jelas dia. Namun, aksi tersebut tidak sampai melumpuhkan aktivitas giling. Karena setidaknya masih ada 300 karyawan yang melakukan pekerjaan giling. "Total karyawan di sini memang 900 orang," jelas Sukamto, Humas PG. Sehingga, praktis selama demo kemarin hanya aktivitas operasional yang masih berjalan. Sementara pelayanan lainnya, termasuk administrasi dan perkantoran, semuanya terhenti. "Kita tidak masalah. Aksi seperti ini hak karyawan. Hanya, sejak awal kita memang menekankan agar jangan sampai operasional giling juga turut terhenti," ujar Syawaludin, Adm PG Tjoekir. Karena banyak imbas negatif apabila mesin sampai berhenti giling. "Kerugiannya bukan hanya saat mesin berhenti itu. Karena setidaknya butuh 10 hari untuk perbaikan kinerja. Belum lagi potensi kerusakan mesinnya," paparnya.Para karyawan menolak KSO dengan sejumlah pertimbangan. Di antaranya karena Serikat Pekerja tidak dilibatkan dalam pembahasan klausul perjanjian KSO. Selain itu, selama ini PG Ngadirejo termasuk PG dengan performance dan keuangan terbaik. Sehingga, pemberlakukan KSO menjadi kontraproduktif bagi PG. Juga ada potensi merugikan negara.Sementara terkait pemberhentian direksi lama, karyawan menganggap hal itu bertentangan dengan prinsip good corporate governerment (GCG). Selain itu, terkesan ada pemaksaan kehendak. (jif/doy/lal)
Rabu, 02 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar